Monday, May 16, 2011

Dewi Susanti; Seindah Kupu-kupu

Bicara soal kecantikan dengan Dewi Susanti rasanya tak akan ada habisnya. Menurut Dewi, Tuhan sebenarnya memberikan ekspresi wajah yang baik kepada siapapun. Tinggal bagaimana seseorang itu memancarkan kecantikannya dengan selalu berbuat baik, berpikir positif, dan bersikap jujur.
         Tiga poin di atas, ditambah dengan kasiat air wudhu ternyata adalah rahasia kecantikan pemilik Griya Cantik Dewi Susan ini. Tak heran bila banyak orang kemudian ‘tertipu’ dengan penampilannya. Ya, siapa sangka wajahnya yang selalu segar tanpa kerutan, mulus tanpa jerawat dan cantik ceria ini adalah milik wanita berusia 44 tahun.
         Seperti saat bertemu WI di sebuah kafe di Jakarta Selatan pekan lalu misalnya. Dengan celana jins dan kemeja hijau longgar, Dewi –begitu ia akrab disapa- tampil bak mahasiswa yang baru pulang kuliah. Rambut sebahunya dibiarkan tergerai, membingkai make up tipis yang melekat halus di wajahnya. Saat difoto, ibu dua anak ini pun bergerak dengan lincahnya, tanpa canggung.


Selalu Ingin Tampil Cantik
         Dewi memang selalu ingin tampil cantik. Pendidikan dan pekerjaan di bidang keuangan yang identik dengan profesi belakang meja, tak menghalangi nalurinya untuk selalu menjaga penampilan supaya sempurna. Semasa bekerja, ia bahkan bisa menyisihkan dana khusus kurang lebih Rp. 3 juta per bulan untuk merawat tubuh dan wajahnya.
“Saya memang selalu ingin tampil cantik. Makanya beberapa rekan bisnis atau anak buah saya dulu sering bilang, “Ibu, ibu ini accounting ‘gila’.” Mungkin karena biasanya representasi seorang occounting itu kan identik dengan seseorang yang selalu bekerja di belakang meja dengan kaca mata agak tebal dan sedikit kaku ya. Sedang saya kan centil,he,he,he,” kenangnya dengan tawa renyah.

Karena pembawaan yang selalu ingin tampil cantik itulah, wajar bila Dewi mengikuti perkembangan dunia salon kecantikan. Apalagi ia mengaku kulitnya pada dasarnya bermasalah,yakni  terlalu sensitif dan sering berjerawat.
“Padahal untuk bisa cantik, saya merasa harus selalu tampil full make up. Sementara kalau sedang menjalani perawatan dari dokter itu kan tidak boleh pakai make up dulu ya. Saya jadi sering stres kalau begitu,” cerita Dewi.  
Wanita kelahiran 20 November 1967 ini terkenang, berbagai penderitaan pernah ia lewati selama masa perawatan wajahnya. Mulai dari wajah yang sering terasa panas, sampai efek merah-merah setiap kena sinar matahari. Hingga pada satu titik, ia merasa jenuh dengan semua krim perawatan wajah tersebut. 
“Tapi kondisi kulit juga tidak bisa dibiarkan kan. Sampai akhirnya ada seseorang yang menawarkan krim walet ke saya.” Dewi pun mencoba dan membuktikan hasilnya.

Meninggalkan Gaji Belasan Juta
Dewi termasuk sosok yang aktif di jejaring sosial facebook. Ia pun rajin meng-upload foto dirinya dalam berbagai kesempatan. Beberapa sahabat yang sering berkomentar kemudian menyadari perubahan pada wajahnya.
 “Mereka kemudian bertanya, saya pakai perawatan apa?” cerita mantan Account Officer Fremantle Media ini.
Saat ia mengungkap rahasia, rupanya beberapa temannya yang juga sudah mencoba krim tersebut memberikan komentar positif.
“Akhirnya teman-teman saya yang memperhatikan berbagai komentar itu kemudian memesan krim yang saya pakai. Dari 3 orang per hari, lama-lama jadi 10 dan seterusnya. Jadi akhirnya itu mengganggu pekerjaan utama saya kan,”ujarnya lagi.
Rupanya, cerita itu sekaligus menjadi pembuka jalan bagi Dewi untuk memulai bisnisnya di bidang kecantikan. Tidak serta merta memang, bahkan Dewi juga sempat dilanda keraguan. Apalagi kala itu ia sudah memegang jabatan Finance Accounting Manager di sebuah perusahaan minyak dan gas dengan gaji belasan juta. Tentunya berbagai fasilitas dan kenyamanan terutama di bidang kesehatan pun tersedia untuknya. Namun ia meyakini, selama seseorang berusaha pasti akan dibukakan rejeki.
“Saya melihat, kadang kreativitas seseorang itu muncul dalam kondisi terdesak, seperti misalnya kena pemutusan hubungan kerja gitu ya. Nah sebenarnya kan tidak perlu terdesak seperti itu untuk menjadi kreatif bukan? Saya percaya, perpaduan antara sifat kreatif dan usaha selalu mendatangkan rejeki,” ujar Dewi, penuh keyakinan.
Keluarga, terutama sang suami, Rudi Khairillah diakui Dewi menjadi supporter luar biasa untuk keputusannya. Pria ini justru merasa senang, karena istri yang sehari-hari terikat dengan pekerjaan kantor, bahkan waktu liburnya juga terbatas akan segera memiliki waktu penuh untuk keluarganya.

Rencana Indah Tuhan
Dewi merasa beruntung, 15 tahun bekerja di berbagai perusahaan dengan ciri khas masing-masing memberi bekal pelajaran yang berharga. Ibaratnya ia bisa bersekolah gratis tentang bagaimana mengelola perusahaan, terutama dalam menerapkan arus keuangan  dan mengelola sumber daya manusia. Khusus di Fremantle Media, ia mengaku banyak belajar tentang public speaking.
“Mungkin Tuhan memberi kesempatan sekarang, pada saat pemikiran saya juga semakin matang. Terbayang saja, kalau saya memulai usaha ini ketika masih doyan ke sana kemari mungkin hasilnya tidak menjadi berkah seperti sekarang,” katanya, bijak.
Maka saat merenung, Dewi menemukan sebuah kesimpulan. Katanya, jangan pernah seseorang berburuk sangka dengan skenario Tuhan. Karena Tuhan pasti sudah menyiapkan rencana indah dan terbaik bagi setiap orang. Jadi ujarnya, jangan sampai seseorang berputus asa bila satu keinginannya belum terpenuhi.
“Pasti ada rencana indah Tuhan yang lain. Selama kita di jalan kebaikan pasti akan menuju kebaikan juga,” ucap Dewi dengan gaya motivator.
Maka Dewi memandang pekerjaan dan usahanya kali ini sekaligus untuk mewujudkan niat baiknya, membantu para wanita yang mengalami masalah seputar kecantikan seperti dirinya. 
“Rasanya banyak wanita mengalami permasalahan yang sama. Karena setiap kali bertemu orang kan fokusnya di wajah ya. Jadi saya jadikan juga bisnis ini sebagai sarana ibadah untuk menolong mereka. Apalagi yang sibuk kan tidak selalu punya waktu ke dokter.  Juga untuk menolong mereka yang sama seperti saya pernah jadi korban klinik, yang sekali berobat bisa jutaan, puluhan juta, bahkan ratusan juta,” ujar wanita yang sering dipanggil Mama gaul oleh anak-anaknya ini.
         Dewi bersyukur, 6 bulan usahanya berjalan ia sudah meraih kepercayaan konsumen. Bahkan banyak di antara kliennya yang meminta referensi tempat-tempat untuk facial, melangsingkan tubuh, dan aneka perawatan kecantikan lannya. Dari situlah Dewi kemudian berpikir untuk membuat sebuah griya kecantikan yang memadukan semua pelayanan terbaik dari berbagai salon kecantikan yang pernah ia datangi. Kini, salah satu kliennya di Yogyakarta bahkan meminta untuk membuka griya serupa. Dewi pun mulai mengembangkan usahanya menjadi sebuah bisnis franchise.

Boks : Kuliah Kecantikan Online
Dewi juga terus mengembangkan pengetahuan dengan mendalami berbagai ilmu kecantikan. Ia sering menghabiskan waktu dengan buku-buku kecantikan dan berbagai sumber di internet. Penggemar makanan nachos ini bahkan menempuh pendidikan kecantikan yang berpusat di Amerika.
“Malam hari saya mengambil Beauty Management Class melalui kuliah online. Jadi ilmu itu saya padukan semua. Dengan tetap mengutamakan metode alami, saya coba terapkan di Griya Cantik Dewi Susan ini,” ujarnya bernada promosi.
Semua itu karena Dewi memandang hidupnya sebagai sebuah perjalanan yang harus dipertanggungjawabkan. Katanya, manusia bisa menikmati apapun yang ada di dunia ini, tapi harus tetap ingat koridornya.
“Seperti kupu-kupu yang terbang, dia tidak tahu betapa indahnya warna-warni dirinya. Sama seperti kita, tidak tahu betapa indahnya kita di mata Tuhan. Jadi selama kita mengikuti syariatNYA, mencoba kuat dengan cobaanNYA, tekun dalam doa-doa kita, di mata Tuhan pasti kita terlihat indah,” katanya, benar.

Sebuah Mimpi
         Selain peduli kecantikan, Dewi adalah sosok yang memperhatikan sekitar. Didikan orang tua dan contoh yang pernah diberikan salah satu bosnya menjadi inspirasi untuk mendirikan sebuah yayasan sosial. Memang masih dalam rencana. Namun wanita yang aktif dalam koperasi sosial dan pengajian alumni SMA 89 ini ingin menolong kian banyak orang.
         “Sebetulnya masih bersifat internal, tapi sebuah pengalaman membuat saya berpikir untuk menjadikannya sebuah yayasan. Jadi ceritanya, beberapa waktu lalu ada kejadian yang sangat memilukan hati. Ada anak di daerah terpencil, Cikarang ke sana, usianya sekitar 8 tahun, ditemukan Papa saya selalu lemas. Setelah didekati ternyata dia adalah anak yatim piatu yang diasuh nenek-kakeknya. Karena tidak punya uang untuk ke dokter, anak itu dibiarkan sakit. Akhirnya kita coba bawa ke dokter. Setelah rongent segala macam, ketahuan jantungnya bocor,” kenang Dewi sedih.
Saat itu mereka mendapat rujukan ke rumah sakit Hasan Sadikin Bandung. 
“Sebenarnya sudah kepikiran untuk memasukkan ke youtube segala, supaya teman-teman yang lain juga turut membantu. Tapi karena waktu itu sedang sibuk sekali, saya jadi lalai. Dan ternyata jalan Tuhan lain, jiwanya tak tertolong.”
Pengalaman itu menjadi momentum bagi Dewi.
 “Kenapa harus menunda ya, padahal mungkin bisa tertolong. Nah akhirnya saya merasa butuh sekretaris untuk menghandle beberapa pekerjaan, sehingga bisa fokus ke yang lain.”
Ia ingin bisa  berguna bagi lebih banyak orang lagi.

No comments:

Post a Comment