Wednesday, March 16, 2011

Ginza; Area Belanja Termahal di Dunia

Bukannya tak prihatin dengan gempa dan tsunami yang melanda Jepang, saya hanya melanjutkan postingan tentang perjalanan ke negri sakura yang cantik dan mewah ini. Tentunya jauh sebelum Miyagi dan Sendai diluluhlantakkan oleh gempa berkekuatan 9 skala richter dan gulungan tsunami setinggi 10 meter.

Oke, kali ini saya ingin mengabadikan tentang Ginza, kawasan termahal di Jepang, bahkan di dunia. Oya, sebelum saya melanjutkan tulisan ini, saya sempat browsing dan ternyata wilayah ini tidak mengalami kerusakan ataupun perubahan pasca diguncang gempa. Itulah salah satu kehebatan Jepang.
Coba Indonesia. Barusan ada kabar dari teman yang baru pulang dari Senayan City, karena hujan deras sebagian bangunan Sency rusak dan menimpa mobil Alphard dan Lexus. Hmmmm

Itu sekedar intermezo. Kita kembali ke Ginza di hari Sabtu. Hari itu tak ada mobil atau kendaraan bermotor lain boleh melintas di sepanjang area glamor ini. Maka siapapun yang lelah berjalan kaki, bebas berselonjor di trotoar. 

Ya, Sabtu adalah waktunya car free day di sepanjang pusat perbelanjaan dan hiburan, Ginza. Dari jam 12.00 - 18.00 waktu setempat (terpaut 2 jam dengan WIB), yang disebut berkendaraan cuma sepeda yang boleh melintas di Ginza. 

Maka selain lautan manusia, pemandangan khas yang disajikan Ginza di waktu itu adalah puluhan sepeda terparkir rapi di berbagai sudut jalan. Tanpa penjagaan atau gembok kunci, sepeda-sepeda bersandar dengan aman, menunggu pemiliknya kembali mengayuh ke berbagai sudut Tokyo yang bersih dan rapi.

Menginjakkan kaki dalam cuaca cerah di jalanan yang bersih dengan para pejalan kaki yang tertib, sejenak mengingatkanku pada kawasan Senayan, Jakarta di hari Minggu.
Bedanya, kawasan Senayan lebih banyak dimanfaatkan untuk olah raga atau penyelenggaraan berbagai event. Sementara di Ginza, semua orang termasuk penduduk lokal atau wisatawan mancanegara berjalan kaki dan bersepeda dengan santai, menikmati pusat perbelanjaan di kanan-kiri jalan. 

Mereka yang berniat belanja, tak lelah masuk dari satu toko ke toko lain dan keluar menenteng tas belanja. Mereka yang hanya ingin jalan-jalan, lebih banyak menghabiskan waktu dengan berfoto-ria atau duduk-duduk santai.

Tersedia deretan kursi panjang untuk istirahat di tengah perjalanan. Beberapa diantaranya dilengkapi payung besar untuk melindungi pelancong dari terik atau hujan.
Malas di kursi, trotoar pun jadi. Tak perlu sungkan, banyak orang berselonjor dengan santai di pinggir jalan melepas lelah. Begitu juga yang aku lakukan bersama rombongan dan Pak Suryo serta Mr. Komatsu-san dari Yakult Indonesia, saat kaki terasa pegal. 

Beberapa remaja menggendong anjing kesayangan mereka, pasangan kekasih mesra bergandengan tangan. Meskipun hari Sabtu, tampak juga wanita dewasa berbusana kerja yang melangkah cepat. 

Di ujung area, di tengah jalan, sekelompok anak berwajah bule dan Asia terlihat asyik menggambar di atas meja bulat. Tak jauh dari situ, seorang kakek menuntun cucu cantiknya berputar, melatihnya bermain sepatu roda. Tak lama, tiba seorang ibu muda bersama dua anaknya yang menggemaskan. Mereka bercengkrama di tengah jalan, menyodorkan pemandangan yang lucu dan menyenangkan.

Meski tak seheboh fashionshow jalanan seperti Harajuku (WI 1067), Ginza juga mengoleksi pengunjung modis. Umumnya mereka mengenakan busana yang pas membalut tubuh, ditambah kecantikan dan keramahan khas wanita Asia yang menambah pesona Ginza.

Di antara yang serba modern itu tetap saja terselip wanita-wanita muda dan paro baya yang anggun melangkah mengenakan Yukata, busana tradisional Jepang yang lebih simpel dari Kimono. 

Langkah kaki yang cepat, tepat waktu, dan patuh pada aturan adalah ciri khas masyarakat jepang. Tak heran negara ini berkembang dengan pesat, meski 2 kota besarnya pernah dihancurkan bom atom pada 6 Agustus 1945. Jepang telah membuktikan bahwa tradisi bisa dijadikan landasan kokoh bagi modernisasi.

Kini, bencana kembali melanda negri indah nan mempesona ini. Bahkan 70% pembangkit listrik tenaga nuklirnya mengalami kerusakan karena meledak akibat guncangan gempa. 
Bahkan sebagian media menulis negara ini mengalami kehancuran lebih parah dibanding PD II. Semoga segalanya segera membaik.











No comments:

Post a Comment